Rabu, 03 November 2010

Lima tsunami paling mematikan

Oleh Alex Pangestu  | Selasa, 2 November 2010 | alam

Lima tsunami paling mematikan
Sulis/Fotokita.net
 
Banyak tsunami yang telah terjadi sepanjang sejarah manusia. Beberapa di antaranya adalah yang terjadi di Indonesia, seperti tsunami yang menghantam wilayah Mentawai pada hari Senin (25/10/2010) lalu dan tsunami Aceh pada tahun 2004 lalu.

Sejarah mencatat bahwa bencana yang terjadi akibat aktivitas geologi itu hampir selalu merenggut banyak nyawa. Berikut ini adalah catatan sejarah tentang lima tsunami yang paling mematikan.

1. Tsunami Aceh
Tsunami ini terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 akibat gempa berkekuatan 9,1 hingga 9,3 skala Richter. Gelombang tsunami menyapu beberapa wilayah di Aceh, India, Sri Lanka, Thailand, Maladewa, dan wilayah Afrika Timur.

Sejumlah 226.000 jiwa tewas akibat tsunami ini dengan 166.000 jiwanya merupakan warga negara Indonesia. Gempa penyebab tsunami ini merupakan gempa terbesar keempat yang terjadi dalam sejarah, sedangkan tsunaminya merupakan tsunami yang terbesar. Jumlah orang yang meninggal mencapai 226.000 jiwa dengan 166.000 jiwanya merupakan orang Indonesia.

2. Tsunami di masa Yunani Kuno
Tsunami di masa Yunani Kuno ini diketahui merupakan tsunami pertama yang terekam sepanjang sejarah. Sebab, tsunaminya adalah meletusnya gunung yang berada di dekat Pulau Thera atau Santorini. Jumlah orang yang tewas dalam tsunami ini tidak diketahui dengan pasti, tetapi ditaksir mencapai lebih dari 100.000 orang.

Gelombang tsunami diperkirakan mencapai 15 meter. Sementara itu, tsunami yang terjadi pada tahun 1500 SM ini diperkirakan menjadi sebab runtuhnya peradaban Minoa, salah satu peradaban yang berkembang kala itu.

3. Tsunami di Portugal, Spanyol, dan Maroko
Tsunami ini terjadi akibat gempa berpusat di dasar perairan Atlantik pada tahun 1755. Gelombang tsunami menghantam kota-kota di Portugal, Spanyol, dan Maroko dengan kerusakan terparah terjadi di wilayah kota Lisbon. Tinggi gelombang tsunami memang tak melebihi Tsunami Krakatau, tetapi jumlah orang yang tewas jauh lebih banyak, sebanyak 60.000 orang.

4. Tsunami Laut China Selatan
Tsunami ini terjadi pada tahun 1782 di wilayah Laut China Selatan yang berdekatan dengan Taiwan. Sebab, tsunami adalah gempa tektonik yang terjadi di dasar lautan. Tidak jelas pusat gempa dan kekuatannya, tetapi sebanyak 40.000 orang tewas karenanya. Berdasarkan katalog tsunami yang dipublikasikan Rusia, gelombang tsunami menerjang daratan hingga sejauh 120 kilometer.

5. Tsunami akibat letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda
Tsunami ini terjadi pada tahun 1883 dan membunuh sekitar 36.000 orang. Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh letusan mencapai tinggi 40 meter dan menyapu setidaknya 165 desa di wilayah Jawa dan Sumatera. Letusan Krakataunya sendiri merupakan letusan gunung api yang terbesar dalam sejarah, menimbulkan suara yang begitu keras dan abu vulkanik yang bahkan tersebar hingga ke Australia.

Teks oleh R Adhi KSP/Kompas.com
Sumber: Kompas.com

Inilah Lima Gunung Api Teraktif di Dunia

Rabu, 3 November 2010 | 22:46 WIB
mooquarck.com
Gunung Yasur, salah satu gunung berapi aktif di Vanuatu, kawasan Samudera Pasifik.
KOMPAS.com Gunung Merapi masih terus menunjukkan aktivitas meningkat selama seminggu sejak letusan tanggal 26 Oktober 2010. Hari ini juga diberitakan bahwa aktivitas 22 gunung di wilayah lain di Indonesia juga meningkat.

Walau Merapi terlihat sangat aktif, tetapi keaktifannya masih belum seberapa jika dibandingkan dengan gunung-gunung lain. Masih banyak gunung api lainnya di dunia yang lebih aktif.
Inilah daftar 5 gunung teraktif di dunia berdasarkan laporan Paul Kimberly, Program Manager  Global Volcanism, Smithsonian Institution. Keaktifan dilihat dari lama waktu gunung tersebut aktif secara terus-menerus.

1. Yasur
Gunung ini terletak di Pulau Tanna, bagian dari negara kepulauan Vanuatu di Pasifik Selatan. Ketinggian gunung ini hanya 361 meter, tetapi keaktifannya telah berlangsung secara terus-menerus selama 111 tahun.

2. Etna
Gunung ini juga terletak di Italia. Memiliki ketinggian 3.340 meter, gunung ini telah aktif secara terus-menerus selama 109 tahun. Letusan Etna paling hebat terjadi pada tahun 1669.

3. Stromboli
Gunung ini telah aktif secara terus-menerus selama 108 tahun. Terletak di Italia, gunung ini sering disebut Lighthouse of the Mediterranean. Salah satu erupsinya pada tahun 2002 mengakibatkan tsunami kecil dan kerusakan di Desa Stromboli yang terletak berdekatan dengannya.

4. Santa Maria
Gunung Santa Maria terletak di Guatemala. Ketinggian gunung ini mencapai 3.772 meter. Erupsi terbesarnya adalah pada tahun 1902 dan merupakan salah satu erupsi terbesar sepanjang abad ke-20. Gunung ini telah aktif secara terus-menerus selama 101 tahun.

5. Sangay
Gunung yang terletak di Ekuador ini telah aktif secara terus-menerus selama 94 tahun. Aktivitas erupsi awal ditemukan pada tahun 1628. Sementara, aktivitas erupsi secara berkelanjutan tercatat dari tahun 1728 sampai 1916 dan tahun 1934 hingga kini. Ketinggian gunung ini adalah 5.230 meter.
www.ouramazingplanet.com
Sumber :
Penulis: Yunanto Wiji Utomo   |   Editor: Tri Wahono Dibaca : 20969

Anggrek Terbaik di Dunia Itu Hilang

Minggu, 5 September 2010 | 12:56 WIB
AMBROSIUS HARTO
ANggrek Bulan hasil persilangan
BANJARMASIN, KOMPAS.com — Anggrek terbaik di dunia jenis anggrek bulan lokal (Phalaenopsis amabilis) dari Kabupaten Tanah Laut kini tidak bisa ditemukan lagi di hutan Kabupaten Tanah Laut ataupun di kawasan hutan Kalimantan Selatan lainnya.
      
Ketua Persatuan Anggrek Indonesia (PAI) Kalimantan Selatan Aida Muslimah di Banjarmasin, Sabtu (4/9/2010), mengatakan, anggrek lokal Phalaenopsis amabilis di dunia ini hanya ada di tiga tempat, yaitu dua tempat di Indonesia, di Bogor dan Pelaihari, ibu kota Kabupaten Tanah Laut; dan di Filipina.
      
Dari tiga tempat tersebut, kata Aida, yang hadir dalam acara buka bersama komunitas jurnalis "Pena Hijau" Kalsel, anggrek bulan Pelaihari yang paling bagus dijadikan sebagai inti silang. Hal ini disebabkan ada beberapa kelebihan yang tidak terdapat pada anggrek jenis lainnya di daerah lain.
      
Beberapa kelebihan tersebut, kata Aida, yang didampingi Sekretaris PAI Yulianto, antara lain, anggrek bulan Pelaihari memiliki masa bunga cukup lama antara tiga dan enam bulan, sedangkan anggrek biasa tidak lebih dari satu bulan.
      
Selain itu, katanya, jumlah kuntum dalam satu tangkai bisa mencapai 25-50 buah, sedangkan anggrek biasa hanya 10-15 kuntum, dan banyak cabang dalam tangkai, sedangkan anggrek lainnya hanya satu cabang.
      
Anggrek bulan Pelaihari ini juga merupakan salah satu jenis anggrek yang memiliki bunga yang sangat indah berwarna putih bersih sehingga harganya pun cukup mahal, bisa mencapai Rp 5 juta untuk satu pohon.
      
Sayangnya, kata Yulianto, jenis bunga yang dinobatkan sebagai bunga terbaik dunia di jenisnya tersebut kini tidak ditemukan lagi di habitatnya karena kesalahan kebijakan pemerintah pada masa lalu.
      
"Dulu anggrek merupakan tanaman hasil komoditas yang bisa diperjualbelikan sehingga pada saat itu penjualan anggrek Pelaihari ke beberapa negara cukup marak, hingga akhirnya anggrek kebanggaan tersebut sulit ditemukan, bahkan tidak ada lagi di hutan Pelaihari," katanya.
ANT

KEANEKARAGAMAN HAYATI Anggrek Endemik Spesies Baru

Selasa, 28 September 2010 | 10:06 WIB
LIPI
Dua spesies anggrek asal Kalimantan yang ditemukan peneliti LIPI.
JAKARTA, KOMPAS.com — Dari hasil identifikasi peneliti botani Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan sejumlah peneliti asing, dua anggrek endemik Kalimantan dinyatakan sebagai spesies baru. Hal ini tertuang di dalam jurnal ilmiah internasional Malesian Orchid Journal yang terbit akhir September 2010.
Sebaran kedua jenis ini sangat terbatas sehingga membutuhkan perhatian khusus untuk mengonservasinya.
”Spesimen kedua jenis anggrek ini telah kami ambil sejak dua tahun lalu. Kemudian kami mengerjakan sketsa morfologi taksonominya. Sekarang, melalui sebuah jurnal ilmiah internasional, itu dinyatakan sebagai spesies baru,” kata peneliti botani Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Destario Metusala, dari Unit Pelaksana Teknis Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur, Senin (27/9/2010).
Ketiga penemu kedua spesies baru yang diberi nama Dendrobium flos-wanua dan Dendrobium dianae itu adalah Destario Metusala, Peter O’Byrne (praktisi anggrek di Singapura), dan JJ Wood (peneliti dari Herbarium Kew Botanical Garden, Inggris).
”Sebaran kedua jenis ini sangat terbatas sehingga membutuhkan perhatian khusus untuk mengonservasinya,” kata Destario.
Dendrobium flos-wanua ditemukan di hutan yang berada di Kalimantan Timur, sedangkanDendrobium dianae di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Menurut Destario, dengan diumumkannya sebagai spesies baru, kedua jenis anggrek tersebut sekarang rentan diburu.
Untuk menghindari kelangkaan yang bisa menuju kepunahannya di alam liar, LIPI saat ini mempersiapkan perbanyakan bibitnya di Kebun Raya Purwodadi dan Kebun Raya Bogor.
Kedua spesies baru ini juga siap disilangkan untuk mendapatkan jenis-jenis anggrek hibrida yang lebih bernilai ekonomis.
Kedua jenis anggrek tersebut cukup adaptif dengan kemampuan hidup pada ketinggian 300-900 meter di atas permukaan laut. Dendrobium flos-wanua mampu berbunga pada April, Juni, dan November. Adapun Dendrobium dianae berbunga sepanjang tahun.
”Penemuan spesies baru ini membuktikan, Indonesia sebagai megabiodiversitas belum tergali secara maksimal,” ungkap Destario. Menurut dia, saat ini jenis anggrek dendrobium di dunia ada lebih dari 1.000 spesies dan jenis ini tergolong paling ekonomis. (NAW)
Kompas Cetak

TANAMAN LANGKA Anggrek Langka Jangan Dijual Keluar

Laporan wartawan KOMPAS Defri Werdiono
Rabu, 3 November 2010 | 13:06 WIB
www.nationaalherbarium.nl
Anggrek Dendrobium lowii

BANJARMASIN, KOMPAS.com
 - Ketua Perhimpunan Anggrek Indonesia Hj Mufidah Jusuf Kalla meminta aggrek yang masih ada di hutan tidak dijual ke luar negeri, sampai kebutuhan di dalam negeri terpenuhi. Hal itu dikatakannya di sela-sela pameran Anggrek Meratus Orchid Show di Banjarmasin, Kalsel, Rabu (3/11/2010).
Selama ini banyak anggrek yang dijual ke luar negeri, baik melalui pembelian langsung kepada pedagang anggrek di Indonesia, maupun peneliti yang sengaja datang untuk mencari jenis-jenis anggrek baru di Indonesia. Pegunungan Meratus sendiri, selama ini dikenal sebagai pusat anggrek di Kalsel.
"Diperkirakan ada 2.000-3.000 spesies anggrek Indonesia ada di Kalimantan, dan sebagian hidup di Meratus. Anggrek ini terus berkurang akibat eksploitasi sumber daya alam," ujar Ketua Dewan Pimpinan Daerah PAI Kalsel Aida Rosehan.

jesus kristus picture