Oleh Alex Pangestu | Selasa, 16 November 2010 | alam
Ekayana Surya/Fotokita.net
Para peneliti di Donana Biological Research, Spanyol, memperhatikan, setelah bertelur, flamingo dewasa kehilangan warna pink muda di bulu mereka. Warna itu muncul lagi kemudian hari, tapi mereka tidak berganti bulu. "Kami curiga mereka memiliki semacam kosmetik," demikian menurut peneliti Juan Amat.
Studi dilakukan di tiga titik di Spanyol. Para peneliti menyelidiki variasi warna pada berbagai musim. Mereka juga memperhatikan pola bertelur, pemeliharaan bulu, dan aktivitas flamingo. Dengan menggunakan teleskop, para peneliti membuat skala nilai 1 sampai 3 untuk kepekatan warna merah muda pada bulu. Nilai 1 diberikan untuk warna paling pucat, sedangkan warna paling pekat dinilai 3.
Selama bulan Februari, nilai rata-rata mencapai 1,7. Sekitar bulan itu, flamingo memasuki musim kawin. Di bulan Mei sampai September, nilai rata-rata merosot ke 1,0. Di bulan-bulan itulah flamingo memasuki masa bertelur. Nilai warna meningkat lagi ke 1,6 pada bulan Oktober.
Amat dan koleganya curiga kalau warna bulu itu diperoleh dari minyak yang dihasilkan oleh kelenjar di dekat ekor. Flamingo dan burung-burung lain memiliki kelenjar tersebut untuk mengawetkan bulu dan membuat bulu menjadi anti-air. Dengan paruhnya, flamingo mengoleskan minyak tersebut ke bulu-bulu di tubuh mereka.
Aktivitas pengolesan itu semakin sering pada saat musim kawin tiba. Peneliti menyebutkan kalau warna merah muda yang pekat lebih menarik bagi pasangan.
"Burung lain, misalnya burung nasar, mandi lumpur untuk membuat bulu mereka berwarna. Kami akan meneliti lebih lanjut apakah mandi lumpur itu berfungsi untuk mempercantik diri," jelas Amat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar