Senin, 15 November 2010

Ular boa hamil tanpa hubungan seksual


Oleh Alex Pangestu  | Jumat, 5 November 2010 | alam

Ular boa hamil tanpa hubungan seksual
Peter Ong/stock.xchng
 
Baru-baru ini peneliti dikejutkan dengan adanya spesies ular boa yang mampu bereproduksi secara aseksual lewat proses yang disebut partenogenesis. Spesies bernama latin Boa constrictor biasa ditemukan di Karibia, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.

Temuan itu dimulai ketika Warren Booth, ahli Genetika Populasi dan Evolusi dari Virginia State University, menemukan seekor boa yang melahirkan 22 anakan. Boa yang ditemukan di Boa Store Tennesee ini melahirkan anakan yang seluruhnya betina dan karakteristiknya sama dengan induknya, berwarna karamel. 

Setelah melakukan tes DNA pada boa betina yang ditemukan dan pejantan yang ada di tempat tersebut, Booth sangat yakin bahwa boa yang ditemukannya bereproduksi secara partenogenesis. Pasalnya, tak mungkin anakan yang dihasilkan memiliki karakter yang jarang itu jika tidak menuruni gen dari kedua induknya.

Booth menemukan sesuatu yang unik pada partenogenesis boa ini. "Partenogenesis ini dilakukan saat ada pejantan di tempat itu," ujar Booth. Hal tersebut, menurut Booth, berbeda dengan partenogenesis pada umumnya yang dilakukan ketika tak menemukan pasangan kawin. Hingga kini, Booth belum menemukan alasan partenogenesis pada ular tersebut.

Keunikan yang lain adalah materi genetik yang terdapat pada anakan. Pada ular, anakan jantan biasanya akan memiliki kromoson ZZ dan anakan betina memiliki kromosom ZW. Namun, anakan boa ini berbeda sebab kromosom anakannya adalah WW dan berjenis kelamin jantan. "Ini mengejutkan. Selama ini, ilmuwan berpandangan bahwa anakan dengan kromosom WW tidak akan berkembang," jelas Booth.

Booth mengatakan, kemampuan boa dalam melakukan partenogenesis ini bisa berdampak negatif. "Mereka kehilangan jumlah keanekaragaman genetik. Boa itu akan cenderung secara fisik dan fisiologi yang berpengaruh pada kemampuannya untuk survive dan bereproduksi," terang Booth. Perhatian pada cara bereproduksi ini, menurut Booth, sangat penting dalam mengupayakan konservasi ular.

Hasil penelitian Booth dipublikasikan di jurnal online Biology Letters pada tanggal 3 November 2010.

Teks oleh Yunanto Wiji Utomo
Sumber: Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar