Oleh Alex Pangestu | Senin, 23 Agustus 2010 | sains
Sistem pembersih debu itu memiliki kaca atau plastik transparan yang berisi bahan yang sensitif terhadap listrik. Sebuah sensor memonitor kondisi debu. Apabila debu sudah mencapai ketebalan tertentu, sensor akan menghidupkan listrik pada pembersih debu. Gelombang listrik lalu menggeser debu ke tepian, membuat permukaan penerima cahaya kembali bersih.
"Kami berpendapat sistem kami ini sangat menguntungkan ketika dipakai di daerah yang sangat berdebu dan berpolusi," kata Malay K. Mazumder, Ph.D, pemimpin studi, kepada ScienceDaily. Ia juga mengatakan kalau teknologi pembersih ini ini merupakan satu-satunya teknologi pembersih otomatis yang tidak menggunakan air atau alat mekanik. Artinya, panel surya di daerah gurun harus dilengkapi dengan teknologi ini mengingat harga air bersih yang sangat tinggi di daerah tersebut.
Mazumder menjelaskan, debu 1/7 ons dalam tiap 0,8 meter persegi mengurangi konversi tenaga surya sebanyak 40 persen. "Di Arizona, dalam sebulan jumlah debu bisa mencapat 4 kali lipat dari itu. Jumlah debu lebih banyak lagi di Timur Tengah, India, dan Australia," katanya.
Panel surya, menurut Mazumder, semakin banyak digunakan. Sejak 2003 sampai 2008, jumlah penggunaan tenaga surya meningkat 50 persen dan diprediksikan akan bertambah 25 persen setiap tahun.
Sumber: ScienceDaily
Foto: iStockphoto/Flavio Massari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar